Nama lengkap beliau adalah Umar bin al-Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza. Beliau berasal dari klan Bani Adi dari suku Quraisy di Mekkah. Umar dilahirkan sekitar 13 tahun setelah Tahun Gajah (sekitar tahun 583 M).
Sebelum masuk Islam, Umar dikenal memiliki fisik yang gagah, kuat, dan berwibawa, menjadikannya salah satu tokoh yang paling disegani di Mekkah. Beliau memiliki keahlian dalam gulat dan berdagang, yang membawanya bepergian hingga ke Syam dan Yaman, sehingga ia memiliki pengetahuan luas tentang kondisi sosial dan politik di luar Mekkah. Berbeda dengan banyak orang Quraisy saat itu, Umar termasuk golongan yang bisa membaca dan menulis.
Beliau memiliki gelar kehormatan yang diberikan langsung oleh Nabi Muhammad ﷺ, yaitu Al-Faruq, yang berarti "Pemisah antara Kebenaran dan Kebatilan", sebuah julukan yang mencerminkan ketegasan dan keadilannya. Setelah menjadi khalifah, beliau juga menjadi pemimpin pertama yang menyandang gelar Amirul Mukminin (Pemimpin Orang-Orang Beriman).
Sebelum memeluk Islam, Umar bin Khattab adalah salah satu penentang Islam yang paling keras dan ditakuti. Beliau adalah seorang yang fanatik membela agama nenek moyangnya dan secara terbuka menentang dakwah Nabi Muhammad ﷺ. Karena ketegasannya, ia sering menyiksa para budak yang telah masuk Islam, bahkan dikisahkan ia pernah bertekad untuk membunuh Nabi Muhammad ﷺ.
Momen Keislaman yang Mengubah Sejarah:
Keislaman Umar terjadi pada tahun keenam kenabian. Ketika dalam perjalanan dengan niat membunuh Nabi, seorang sahabat memberitahunya bahwa adik perempuannya, Fatimah, dan suaminya, Sa'id bin Zaid, telah memeluk Islam. Umar segera menuju rumah adiknya dan mendapati mereka tengah membaca lembaran ayat suci Al-Qur'an (Surah Thaha).
Dalam puncak kemarahannya, Umar memukul adik dan iparnya. Namun, melihat keteguhan iman mereka dan setelah ia sendiri membaca sebagian dari ayat-ayat tersebut, hatinya luluh. Ketenangan dan kedamaian yang ia rasakan dari Al-Qur'an seketika mengubah niatnya. Ia kemudian bergegas menemui Nabi Muhammad ﷺ di rumah Al-Arqam dan menyatakan keislamannya.
Masuknya Umar bin Khattab ke dalam Islam menjadi titik balik bagi perkembangan dakwah. Umat Islam yang tadinya beribadah secara sembunyi-sembunyi, mulai berani menampakkan keislaman mereka di hadapan kaum Quraisy. Keberanian Umar-lah yang membuat kaum Muslimin dapat shalat secara terbuka di Ka'bah untuk pertama kalinya.
Penasihat Utama: Setelah masuk Islam, Umar menjadi salah satu penasihat terdekat dan terpercaya Nabi Muhammad ﷺ, dikenal karena pandangannya yang tajam dan tegas. Banyak pandangannya yang kemudian dikuatkan oleh wahyu (disebut muwafaqat Umar).
Keikutsertaan dalam Perang: Beliau adalah pejuang yang tak gentar, berpartisipasi dalam hampir semua peperangan besar di bawah komando Nabi Muhammad ﷺ, termasuk Perang Badar, Uhud, dan Khandaq.
Hubungan Kekeluargaan: Ikatan dengan Nabi semakin erat setelah Nabi menikahi putrinya, Hafshah binti Umar, yang kemudian menjadi salah satu Ummul Mukminin (Istri Nabi).
Peran Pasca Wafat Nabi: Setelah wafatnya Nabi, Umar memainkan peran penting dalam menstabilkan umat, terutama dalam membaiat Abu Bakar sebagai khalifah pertama, menunjukkan loyalitasnya kepada kepemimpinan yang sah.
Umar bin Khattab diangkat menjadi Khalifah kedua setelah Abu Bakar mewasiatkannya sebagai pengganti pada tahun 13 H (634 M). Masa kepemimpinan beliau berlangsung selama sepuluh tahun dan dianggap sebagai zaman keemasan bagi Kekhalifahan Rasyidin.
Di bawah kepemimpinan Umar, Kekhalifahan Islam berkembang pesat dan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Beliau berhasil menaklukkan dan mengalahkan dua kekuatan adidaya dunia saat itu:
Kekaisaran Persia (Sasanid): Pasukan Muslim berhasil menaklukkan Persia secara keseluruhan, termasuk ibu kota mereka, Al-Madain.
Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium): Kemenangan besar dicapai di Pertempuran Yarmuk (melawan Romawi), yang diikuti dengan penaklukan penting seperti Yerusalem (Palestina), Damaskus (Suriah), dan Mesir.
Umar tidak hanya fokus pada perluasan wilayah, tetapi juga membangun fondasi negara Islam yang modern dan adil. Di antara jasa terbesarnya adalah:
Sistem Pemerintahan: Beliau membagi wilayah kekhalifahan yang luas menjadi provinsi-provinsi dan menunjuk gubernur (Wali) dan hakim (Qadhi) yang kompeten dan berintegritas tinggi.
Sistem Keuangan dan Kesejahteraan: Mendirikan lembaga Baitul Mal (Perbendaharaan Negara) untuk mengelola kekayaan dan memastikan pendistribusiannya secara adil. Beliau juga menetapkan sistem penggajian bagi tentara (diwan).
Penetapan Kalender Hijriyah: Umar menetapkan kalender Islam dengan menjadikan peristiwa Hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah (tahun 622 M) sebagai titik awal perhitungan tahun (1 Muharram).
Pembangunan Infrastruktur: Membangun kota-kota militer (amsar) seperti Kufah dan Basrah, mendirikan kantor-kantor pemerintahan, kepolisian, dan sistem irigasi.
Prinsip Keadilan: Beliau terkenal dengan prinsip keadilan tanpa pandang bulu, yang berlaku untuk siapa saja, termasuk pejabat tinggi dan keluarganya sendiri.
Kepemimpinan Umar bin Khattab berakhir tragis pada tahun 23 H (644 M). Beliau dibunuh oleh Abu Lu'lu'ah (Fairuz), seorang budak Majusi asal Persia, saat sedang memimpin shalat Subuh berjamaah. Beliau wafat setelah menjabat sebagai khalifah selama sepuluh tahun enam bulan, pada usia 63 tahun (sama dengan usia wafat Nabi ﷺ dan Abu Bakar).
Sebelum wafat, beliau menunjuk sebuah Dewan Syura yang terdiri dari enam sahabat senior untuk memilih khalifah berikutnya. Beliau dimakamkan di samping Nabi Muhammad ﷺ dan Abu Bakar di Masjid Nabawi.
Keadilan (Al-Faruq): Keadilannya yang legendaris membuatnya terkenal di antara semua penguasa dalam sejarah. Beliau sering berpatroli di malam hari untuk memastikan tidak ada rakyatnya yang kelaparan atau tertindas.
Keberanian dan Ketegasan: Tidak ada pemimpin yang ditakuti musuh sekaligus disegani sahabat selain Umar. Keberaniannya dalam menegakkan amar ma'ruf nahi munkar (memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran) adalah ikonik.
Kesederhanaan (Zuhud): Meskipun menguasai dua pertiga dunia, Umar hidup sangat sederhana. Beliau menolak kemewahan dan sering mengenakan pakaian yang bertambal, menunjukkan bahwa kekuatan sejati seorang pemimpin terletak pada integritas dan kesederhanaan.
Tanggung Jawab: Beliau memegang teguh tanggung jawabnya sebagai pemimpin, bahkan pernah berkata: "Andai seekor keledai terperosok di Irak, niscaya Umar akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat, mengapa tidak meratakan jalan untuknya."